Kamis, 07 November 2013

Agresi Media Digital terhadap Media Cetak



Berbicara tentang perkembangan teknologi di era globalisasi seperti sekarang ini bisa jadi tidak akan ada habisnya. Perkembangan teknologi sudah merambah dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat begitu pula dengan media. Tren dalam bermedia sudah mulai bergeser dari cetak ke digital. Terbukti, kini internet telah menyulap industri konvensional, menjadi industri yang berbasis digital, salah satunya adalah industri media massa. Hingga kini media massa tetap diyakini sebagai alat paling ampuh dalam mempengaruhi opini publik. Industri media cetak, media elektronik serta media online yang terus berkembang pesat dewasa ini membuat proses transmisi informasi seakan tak mengenal batas lagi. Berikut ini akan dibahas bagaimana dinamika perkembangan media khususnya media cetak di tengah agresi digital.
Penyebaran informasi sudah sangat cepat, berita-berita yang menjadi konsumsi khalayak datang bertubi-tubi dengan beragam konteks. Berita terkini bersifat time concern, yaitu penyajiannya sangat terikat pada waktu. Makin cepat disajikan makin baik. Dengan syarat, nilai beritanya harus kuat.[1] Pada mulanya hanya media cetaklah yang memonopoli proses penyebaran berita kepada masyarakat. Mungkin kita bisa memperhitungkan sejak kapan media digital menjamur di Indonesia. Pasca reformasi pada tahun 1998 lalu, pertumbuhan media massa berbasis online berjalan amat pesat. Dengan format penyajian yang digital tersebut, berita bisa lebih cepat menyebar dengan lebih efisien. Efisien di sini mencakup proses distribusi dan biaya produksi, selain itu media digital juga tidak terhalang oleh jarak geografis. Hal-hal lain yang membuat media digital makin berkembang di Indonesia adalah karena sifatnya yang fleksibel dan real time. Kebiasaan masyarakat yang cenderung menyukai hal yang ringkas juga dapat diakomodasi oleh media digital. Nilai lebih yang dibawa media digital adalah praktis dan fleksibel yaitu dapat diakses dari mana saja dan kapan saja.
Terlepas dari kemudahan yang ditawarkan oleh media digital, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan tentang kekurangan yang dimiliki oleh media digital. Seringkali media digital hanya mengejar deadline atau mengutamakan kecepatan penyampaian berita sehingga bobot yang dikandung oleh berita itu sendiri menjadi ala kadarnya. Selain itu, proses penyuntingan materi berita yang akan disajikan dalam media digital seringkali dilakukan secara serampangan. Oleh karena itulah keotentikan konten berita dalam media digital masih dibawah media cetak.
Lahir terlebih dahulu membuat media cetak mempunyai daya tarik tersendiri. Khususnya di Indonesia, masih banyak orang yang belum melek terhadap perkembangan teknologi informasi. Dalam situasi yang seperti itu, media cetaklah yang mengambil alih peran media digital. Nilai lebih yang dibawa oleh media cetak adalah analisis lebih tajam. Analisis mendalam inilah yang dapat membuat orang benar-benar mengerti isi berita. Di sinilah peran media cetak terletak, yaitu mampu menciptakan iklim yang membuat orang berpikir lebih spesifik tentang isi tulisan.
Akan tetapi media cetak juga memiliki beberapa kekurangan, yaitu terkendala dalam aspek distribusi, gangguan tersebut dipengaruhi oleh kondisi geografis suatu daerah. Selain itu, media cetak juga membutuhkan biaya produksi tinggi. Dengan beberapa kekurangan tersebut, banyak pengusaha media cetak berusaha beradaptasi dengan cara merombak tatanan publikasi media yang dimiliki sebelumnya. Sebagai contohnya adalah suratkabar yang kini tidak bisa lagi hanya menempatkan diri dalam pengertian media cetak semata. Banyak suratkabar yang kini juga menempatkan berita-beritanya di dunia digital. Mungkin dengan cara itulah media cetak bisa menghindari ketimpangan yang timbul dari perkembangan teknologi informasi yang pesat.
Dari segi kelebihan, media digital unggul dalam kecepatan, jenis kontennya yang lebih bervariatif dan berdaya jangkau luas, dapat diakses di manapun dan kapanpun, serta secara ekonomi sangat murah dalam biaya produksi sekaligus proses distribusinya. Hal-hal tersebutlah yang menjadikan banyak manajemen perusahaan media cetak merubah formatnya menjadi media digital. Lahirnya era digitalisasi media juga turut membangkitkan tren online journalist ataupun citizen journalist. Terlebih lagi sekarang adalah masa kejayaan di mana perangkat elektronik seperti handphone, tablet, dsb semakin marak dijual di pasaran dengan harga terjangkau. Hal tersebut tentu saja membuat media cetak kembali tertinggal karena dengan gadget canggih tersebut media digital bisa diakses dengan mudah.
Teknologi internet (digital) menjadi salah satu ikon terbesar dari produk teknologi di zaman modern ini.[2] Akan tetapi masyarakat di Indonesia sendiri masih belum sepenuhnya siap menerima semua konsekuensi dari digitalisasi media. Belum ada indikasi pemanfaatan media secara bijak dan efektif dari masyarakat. Media cetak saja masih belum merambah Indonesia secara keseluruhan, apalagi media digital. Banyak sekali aspek yang perlu dibenahi dalam rangka mewujudkan masyarakat yang melek media.
Esensinya, baik media cetak maupun media digital mempunyai segmentasi masing-masing. Contoh praktisnya saja, orang pedesaan dan lansia cenderung memilih media cetak sebagai rujukan informasi sedangkan media digital lebih diminati oleh kawula muda. Sebagian lagi menganggap bahwa media cetak kurang ramah lingkungan karena penggunaan kertas yang begitu banyak. Di sisi lain media digital bisa saja membawa dampak buruk yang tak jauh dari fokus cybercrime.
Media massa entah itu cetak ataupun digital telah terbukti secara ampuh mempengaruhi khalayak luas dalam melakukan berbagai perubahan sosial. Diperlukan sebuah kesadaran dalam penggunaan media agar dapat memberikan manfaat yang maksimal. Hal yang perlu ditegaskan di sini adalah bahwa terdapat ciri khas dari media cetak yang tidak dimiliki oleh media digital yaitu kemampuan menciptakan iklim analisis yg mendalam. Sensasi dalam menikmati kedua media ini dapat dikomparasikan dengan jelas, di media cetak kita diajak untuk berpikir lebih lanjut dengan resiko jenuh. Sedangkan dalam media digital, kita menikmatinya dengan santai tetapi dengan kualitas konten yang kurang mendalam. Media manakah yang anda pilih, cetak atau digital?

Daftar Pustaka
Buku:
-        Wahyudi, J.B. 1996. Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
-        Wibowo, Wahyu. 2009. Menuju Jurnalisme Beretika. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
Web:


[1] Wahyudi, J.B. 1996. Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Hal. 44.
[2] Lihat http://media.kompasiana.com/new-media/2012/12/03/quo-vadis-jurnalisme-online-memprediksi-masa-depan-media-cetak-dan-online-508107.html