Berbicara tentang perkembangan
teknologi di era globalisasi seperti sekarang ini bisa jadi tidak akan ada
habisnya. Perkembangan teknologi sudah merambah dalam berbagai aspek kehidupan
masyarakat begitu pula dengan media. Tren dalam bermedia sudah mulai bergeser
dari cetak ke digital. Terbukti, kini internet telah menyulap industri
konvensional, menjadi industri yang berbasis digital, salah satunya adalah industri
media massa. Hingga kini media massa tetap diyakini sebagai alat paling ampuh
dalam mempengaruhi opini publik. Industri media cetak, media elektronik serta
media online yang terus berkembang pesat dewasa ini membuat proses
transmisi informasi seakan tak mengenal batas lagi. Berikut ini akan dibahas
bagaimana dinamika perkembangan media khususnya media cetak di tengah agresi
digital.
Penyebaran informasi sudah sangat
cepat, berita-berita yang menjadi konsumsi khalayak datang bertubi-tubi dengan
beragam konteks. Berita terkini bersifat time
concern, yaitu penyajiannya sangat terikat pada waktu. Makin cepat
disajikan makin baik. Dengan syarat, nilai beritanya harus kuat.[1] Pada
mulanya hanya media cetaklah yang memonopoli proses penyebaran berita kepada
masyarakat. Mungkin kita bisa memperhitungkan sejak kapan media digital
menjamur di Indonesia. Pasca reformasi pada tahun 1998 lalu, pertumbuhan media
massa berbasis online berjalan amat pesat. Dengan format penyajian
yang digital tersebut, berita bisa lebih cepat menyebar dengan lebih efisien. Efisien
di sini mencakup proses distribusi dan biaya produksi, selain itu media digital
juga tidak terhalang oleh jarak geografis. Hal-hal lain yang membuat media
digital makin berkembang di Indonesia adalah karena sifatnya yang fleksibel dan
real time. Kebiasaan masyarakat yang
cenderung menyukai hal yang ringkas juga dapat diakomodasi oleh media digital. Nilai lebih yang dibawa media
digital adalah praktis dan fleksibel yaitu dapat diakses dari mana saja
dan kapan saja.
Terlepas
dari kemudahan yang ditawarkan oleh media digital, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan tentang kekurangan yang dimiliki oleh media digital. Seringkali
media digital hanya mengejar deadline
atau mengutamakan kecepatan penyampaian berita sehingga bobot yang dikandung
oleh berita itu sendiri menjadi ala kadarnya. Selain itu, proses penyuntingan
materi berita yang akan disajikan dalam media digital seringkali dilakukan
secara serampangan. Oleh karena itulah keotentikan konten berita dalam media
digital masih dibawah media cetak.
Lahir
terlebih dahulu membuat media cetak mempunyai daya tarik tersendiri. Khususnya
di Indonesia, masih banyak orang yang belum melek
terhadap perkembangan teknologi informasi. Dalam situasi yang seperti itu,
media cetaklah yang mengambil alih peran media digital. Nilai lebih yang dibawa
oleh media cetak adalah analisis lebih tajam. Analisis mendalam inilah yang
dapat membuat orang benar-benar mengerti isi berita. Di sinilah peran media
cetak terletak, yaitu mampu menciptakan iklim yang membuat orang berpikir lebih
spesifik tentang isi tulisan.
Akan
tetapi media cetak juga memiliki beberapa kekurangan, yaitu terkendala
dalam aspek distribusi, gangguan tersebut dipengaruhi oleh kondisi geografis
suatu daerah. Selain itu, media cetak juga membutuhkan biaya produksi tinggi.
Dengan beberapa kekurangan tersebut, banyak pengusaha media cetak berusaha
beradaptasi dengan cara merombak tatanan publikasi media yang dimiliki
sebelumnya. Sebagai contohnya adalah suratkabar yang kini tidak bisa lagi hanya
menempatkan diri dalam pengertian media cetak semata. Banyak suratkabar yang
kini juga menempatkan berita-beritanya di dunia digital. Mungkin dengan cara
itulah media cetak bisa menghindari ketimpangan yang timbul dari perkembangan
teknologi informasi yang pesat.
Dari segi kelebihan, media digital
unggul dalam kecepatan, jenis kontennya yang lebih bervariatif dan berdaya
jangkau luas, dapat diakses di manapun dan kapanpun, serta secara ekonomi
sangat murah dalam biaya produksi sekaligus proses distribusinya. Hal-hal
tersebutlah yang menjadikan banyak manajemen perusahaan media cetak merubah
formatnya menjadi media digital. Lahirnya era digitalisasi media juga turut
membangkitkan tren online journalist
ataupun citizen journalist. Terlebih
lagi sekarang adalah masa kejayaan di mana perangkat elektronik seperti handphone, tablet, dsb semakin marak
dijual di pasaran dengan harga terjangkau. Hal tersebut tentu saja membuat
media cetak kembali tertinggal karena dengan gadget canggih tersebut media digital bisa diakses dengan mudah.
Teknologi internet (digital)
menjadi salah satu ikon terbesar dari produk teknologi di zaman modern ini.[2] Akan
tetapi masyarakat di Indonesia sendiri masih belum sepenuhnya siap menerima semua
konsekuensi dari digitalisasi media. Belum ada indikasi pemanfaatan media
secara bijak dan efektif dari masyarakat. Media cetak saja masih belum merambah
Indonesia secara keseluruhan, apalagi media digital. Banyak sekali aspek yang
perlu dibenahi dalam rangka mewujudkan masyarakat yang melek media.
Esensinya, baik media cetak maupun
media digital mempunyai segmentasi masing-masing. Contoh praktisnya saja, orang
pedesaan dan lansia cenderung memilih media cetak sebagai rujukan informasi
sedangkan media digital lebih diminati oleh kawula muda. Sebagian lagi
menganggap bahwa media cetak kurang ramah lingkungan karena penggunaan kertas
yang begitu banyak. Di sisi lain media digital bisa saja membawa dampak buruk
yang tak jauh dari fokus cybercrime.
Media
massa entah itu cetak ataupun digital telah terbukti secara ampuh mempengaruhi khalayak
luas dalam melakukan berbagai perubahan sosial. Diperlukan sebuah kesadaran
dalam penggunaan media agar dapat memberikan manfaat yang maksimal. Hal yang
perlu ditegaskan di sini adalah bahwa terdapat ciri khas dari media cetak yang
tidak dimiliki oleh media digital yaitu kemampuan menciptakan iklim analisis yg
mendalam. Sensasi dalam menikmati kedua media ini dapat dikomparasikan dengan
jelas, di media cetak kita diajak untuk berpikir lebih lanjut dengan resiko
jenuh. Sedangkan dalam media digital, kita menikmatinya dengan santai tetapi
dengan kualitas konten yang kurang mendalam. Media manakah yang anda pilih,
cetak atau digital?
Daftar
Pustaka
Buku:
-
Wahyudi,
J.B. 1996. Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
-
Wibowo,
Wahyu. 2009. Menuju Jurnalisme Beretika. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
Web: