Jumat, 19 Oktober 2012

Memori SMA, "Putra Putri SMAGA"




Pusara Hitler di Indonesia


Gharin Putra Y./ 25050
Pusara Hitler di Indonesia
Adolf Hitler dilahirkan di Gasthof zum Pommer, sebuah penginapan di Braunau am Inn, Austria, dekat Jerman pada 20 April 1889 sebagai anak keempat dari enam bersaudara. Ayah Adolf Hitler, Alois Hitler (1837–1903), merupakan seorang pegawai kantor bea cukai. Sedangkan ibunya, Klara Pƶlzl (1860–1907), adalah istri ketiga Alois. Keluarga Hitler berpindah-pindah dari Braunau am Inn ke Passau, Lambach, Leonding, dan Linz. Hitler kecil merupakan pelajar yang baik pada waktu bersekolah pada sekolah menengah pertama (junior high school). Namun pada kelas enam, tahun pertamanya di sekolah menengah atas (high school), ia gagal dan harus mengulang kelas. Sejarah hidupnya agaknya sedikit tertutup sampai akhirnya ia menjadi pemimpin partai NAZI di Jerman.
Ada satu hal yang menarik bagi saya saat membaca buku yang berjudul “151 Konspirasi Dunia Paling Gila dan Mencengangkan”. Dalam buku tersebut terdapat satu bagian yang membahas kesaksian dr. Sosrohusodo tentang Adolf Hitler dan kaitannya dengan Indonesia. Dari sekian banyak informasi yang ada tentang kematian Hitler, tidak ada satupun yang dapat menyebutkan secara pasti apa penyebab kematian sang diktator Nazi ini. Ada sumber yang mengatakan bahwa Hitler bersama Eva Braun istrinya bunuh diri dengan menelan racun sianida. Akan tetapi ada juga yang mengatakan bahwa Hitler bunuh diri dengan cara menembak kepalanya.
Sebelumnya, di Harian Pikiran Rakyat pada tahun 1983 terdapat sebuah artikel tentang Hitler. Penulisnya bernama dr Sosrohusodo, dokter lulusan Universitas Indonesia yang pernah bertugas di kapal yang dijadikan rumah sakit bernama ‘Hope’ di Sumbawa Besar, tempat yang diduga menjadi pelarian Hitler. Sebuah makam di TPU Ngagel, Surabaya juga sempat menjadi bahan perbincangan heboh di masyarakat. Makam itu disebut-sebut sebagai pusara dari Adolf Hitler sang pemimpin NAZI yang kejam. Salah satu sumber mengemukakan bahwa pada tahun 1954 Adolf Hitler masuk ke Indonesia dengan menggunakan nama palsudr. Poch”. Pada awalnya dr. Poch tinggal di Dompu lalu pindah ke Bima, selanjutnya pindah ke Kabupaten Sumbawa Besar, kemudian bekerja menjadi dokter di Rumah Sakit Umum Kabupaten Sumbawa Besar. Seluruh penduduk pulau Sumbawa kenal dengan dokter ini, yang dipanggil dengan julukan dokter Jerman”.
Salah satu peninggalan dr. Poch yang meninggal pada tanggal 15 Januari 1970 di Surabaya, yaitu buku catatan kecil berwarna cokelat ukuran 9×16 cm dengan tebal 44 cm. Pada buku catatan ukuran saku yang sudah lusuh itu, terdapat alamat ratusan orang-orang asing yang tinggal di berbagai negara di dunia, juga coretan-coretan yang sulit dibaca. Di bagian lainnya, terdapat tulisan steno, semuanya berbahasa Jerman. Begitu pula tulisan tangan yang dibuatnya di buku-buku tersebut sangat identik dan mirip dengan tulisan tangan Hitler. Buku ini mempunyai arti yang sangat besar, karena merupakan salah satu bukti otentik yang menyatakan bahwa dr Poch adalah pemimpin NAZI yang mahsyur, Adolf Hitler. Bila benar dr. Poch adalah Hitler, berarti saat itu ia sudah berusia 71 tahun, sebab sejarah mencatat bahwa Adolf Hitler dilahirkan tanggal 20 April 1889. Dr. Sosrohusodo juga menjelaskan tentang ciri-ciri dari dr. Poch yang diyakini mirip dengan Adolf Hitler. Tubuhnya kurus, berperawakan agak tinggi, wajah yang tirus, dan berkumis ala komedian Charlie Chaplin. Kondisi ini diyakini mirip dengan gambaran Hilter di masa tuanya, yang ditemukan di sejumlah buku biografi sang Fuhrer. Menurut Sosrohusodo, dokter asal Jerman yang dia temui ini sangat misterius. Dia tidak punya lisensi untuk jadi dokter, bahkan dia sama sekali tak punya keahlian tentang kesehatan.
Bukan hanya dr. Sosrohusodo yang mempunyai teori tentang pelarian Hitler dari Jerman ke tempat lain, tapi beberapa orang di dunia ini pernah mengungkapkannya dalam media massa. Peluang untuk berteori seperti itu memang ada, sebab ketika pemimpin Nazi tersebut diduga mati bersama Eva Braun tahun 1945, tidak ditemukan bukti utama berupa jenazah. Kaitan Hitler dengan Indonesia adalah karena Indonesia adalah negara yang tidak punya hubungan diplomatik dengan Israel. Seperti yang kita ketahui Israel adalah sebuah negara Yahudi dan Hitler sangat membenci kaum Yahudi. Mungkin karena alasan tersebut Hitler memilih Indonesia sebagai tempat pelariannya untuk menghindar dari hukuman penjahat perang.



Daftar Pustaka
Buku:
Suci, Afred. 2011. 151 Konspirasi Dunia Paling Gila dan Mencengangkan. Jakarta: PT Wahyu Media
Internet:

#bridgingcourse9


Revolusi Pemikiran Pengguna Jejaring Sosial


Gharin Putra Y./25050
Revolusi Pemikiran Pengguna Jejaring Sosial
Fenomena jejaring sosial seakan-akan sudah mendarah daging bagi sebagian orang. Bahkan muncul anggapan bahwa hidup tanpa jejaring sosial adalah kampungan, pemahaman yang seperti inilah yang masih salah kaprah. Banyak orang yang membuat suatu akun pada jejaring sosial hanya semata-mata karena ingin dianggap eksis. Masih sangat banyak penyalahgunaan jejaring sosial, padahal sebenarnya banyak sekali dampak positif yang dibawa oleh jejaring sosial. Mereka tanpa sadar telah menciptakan suatu tren yang sebenarnya salah namun justru dianut banyak orang.
Banyak sekali macam jejaring sosial, dari mulai Friendster, Myspace, Facebook, dan yang paling digandrungi saat ini adalah Twitter. Twitter, sebuah microblogging atau biasa disebut blog versi mini menjadi primadona banyak orang akhir-akhir ini, terutama para remaja. Mereka menjadikan Twitter sebagai sarana pergaulan di dunia maya. Akan tetapi masih banyak yang perlu diluruskan tentang apa fungsi dan dampak yang ditimbulkan dari jearing sosial  Twitter. Terkadang para pengguna Twitter tak segan dalam mengumbar masalah pribadinya, mereka kurang bisa mengendalikan diri. Karena sikap yang kurang dapat mengendalikan diri tersebut, banyak masalah yang terjadi dan faktornya adalah jejaring sosial.  “Orang yang menentukan diri sendiri, yang belajar mengatur diri sendiri sebelum ia mengatur sebuah negara besar yang kelak menyatakan dirinya sebagai bapak bangsa” (John McCain dan Mark Calter, 2009:135).1 Kata mutiara dari buku yang memuat perkataan George Washington tersebut sangat relevan dengan kondisi remaja Indonesia saat ini yang mana sedang kecanduan jejaring sosial. Perlu digarisbawahi bahwa dari hal yang sepele sekalipun pasti akan selalu menimbulkan akibat.
Kebebasan berekspresi memang sudah dijamin dalam UUD 1945 pasal 28. Akan tetapi banyak orang yang masih salah tafsir, akibatnya sering timbul masalah karena kesalahan persepsi ini. Bebas berbicara, berekspresi namun tidak didahului dengan dampak kedepannya. “Bahasa benar-benar sebuah fenomenon yang luar biasa. Tanpanya, kehidupan manusia seperti yang kita kenal kini takkan dapat terwujud. Tulisan yang terkandung bagai lautan tak berujung…” (Marcel Danesi, 2011:108).2 Sebagai makhluk sosial kita memang sangat membutuhkan bahasa untuk berkomunikasi, namun perlu ada suatu revolusi pemikiran agar orang-orang tidak seenaknya saja dalam berbicara dan mengekspresikan perasaannya.
Indonesia sangat sering menciptakan sebuah Trending Topic3 dan itu membuktikan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang masyarakatnya banyak dan rajin menggunakan  Twitter. “Menurut studi sebelumnya pada 2010 oleh ComScore, mengungkap bahwa 21% warga Indonesia terdaftar di Twitter, membuatnya sebagai negara paling kecanduan Twitter”.4 Trending Topic yang diciptakan terkadang terkesan seperti mainan, lelucon, dsb. Akan tetapi itulah yang digemari para tweeps5 di Indonesia. Mereka lebih mengutamakan hal yang dianggap lucu, konyol atau sejenisnya daripada sebuah isu global yang menjadi perbincangan dunia. Hal inilah yang membuat Twitter Indonesia berbeda dengan Twitter negara lain, sebuah situasi yang sangat kontras dengan negara lain sebut saja Amerika Serikat. Di sana pengguna Twitter sangat bijak, mereka memanfaatkan Twitter untuk kegiatan yang bermanfaat. Jarang sekali ditemui orang Amerika yang “nyampah” di timeline6 Twitter kerena mereka tahu batas dan adab dalam menggunakan jejaring sosial. Masyarakat Indonesia belum sepenuhnya sadar akan arti penting Twitter, masih banyak yang belum bijak dalam menggunakannya. Seharusnya Twitter digunakan sebagai media untuk memperkaya wawasan, janganlah digunakan semata-mata untuk media pencitraan .”Bahkan pepatah di ‘You are what you think’ kini dipelesetkan menjadi ‘You are what you tweet”.7

Catatan Akhir
1 John McCain dan Mark Calter, Karakter-karakter yang Menggugah Dunia (Gramedia, 2009), hal. 135.
2 Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna (Jalasutra, 2011), hal. 108.
3 Para peneliti mengatakan bahwa hal ini mungkin dipicu oleh faktor karena Indonesia memiliki populasi yang besar, yakni sekira 240 juta penduduk, semakin mudahnya akses untuk perangkat mobile, dan semakin umum pula penggunaan Bahasa Inggris.
4 Suatu topik yang menduduki peringkat tinggi di dunia Twitter, bargantung pada banyaknya jumlah pengguna Twitter yang membicarakan suatu topik tertentu tersebut.
5 Tweeps adalah sebutan bagi pengguna Twitter, sapaan yang biasa digunakan di Twitter.
6 Timeline adalah sebuah tempat yang menunjukkan tweet yang dibuat seseorang.
7 Banyak orang membangun pencitraan lewat Twitter. Pada kenyataannya, rekan kerja, atasan, klien, dan rekan profesional tidak melihat Anda di dunia maya saja.

Daftar Pustaka
Buku-buku:
Danesi, Marcel. 2011. Pesan, Tanda, dan Makna. Yogyakarta: Jalasutra
Hester, L. Albert dan Wai Lan J. 1997. Pedoman untuk Wartawan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
McCain John dan Mark Calter. 2009. Karakter-karakter yang Menggugah Dunia. Jakarta: Gramedia
Wibowo, Wahyu. 2009. Menuju Jurnalisme Beretika. Jakarta: Kompas
Internet:
Adis, Rizki. 2012. Diunggah Sabtu, 14 Juli 2012 07:38 WIB. Terarsip di http://www.tabloidbintang.com/psikologi/56214-jangan-hanya-membangun-citra-diri-di-dunia-maya-di-dunia-nyata-juga-penting.html. Diunduh Minggu, 14 Oktober 2012 10.12 WIB
Taufiqqurakhman, Ahmad. 2012. Diunggah Rabu, 11 Januari 2012 09:56 WIB. Terarsip di http://teknologi.inilah.com/read/detail/1817309/indonesia-negeri-twitter. Diunduh Minggu, 14 Oktober 2012 07.56 WIB

 #bridgingcourse8


Jumat, 05 Oktober 2012

Merana di Korea Utara

Gharin Putra Yanotama/25050
Merana di Korea Utara
Perkembangan pers dan media di dunia internasional pada era globalisasi seperti sekarang ini sangatlah pesat. Akses informasi yang cepat dan akurat sangat dibutuhkan, kebebasan beropini juga semakin digalakkan. Di negara-negara liberal pers dan media dapat berkembang dengan baik karena dukungan pemerintah dan masyarakat yang aktif. Akan tetapi akan sangat berbeda bila kita menilik pada perkembangan pers dan media di negara yang masih berasaskan komunisme, sebagai contoh adalah negara Korea Utara.
Disaat banyak negara mulai meninggalkan paham komunis karena dinilai sudah tidak relevan dengan dinamika globalisasi, Korea Utara masih memegang teguh paham tersebut dalam tata pemerintahannya. Asas komunisme yang berarti sama rasa sama rata berlaku di masyarakat Korea Utara dan inilah yang membuat masyarakat di sana tertinggal jauh dari perkembangan negara sekitarnya, dapat diambil contoh negara Korea Selatan. Terdapat perbedaan yang sangat tegas antara kedua negara ini. Korea Selatan adalah sebuah negara maju dan berperadaban tinggi, sedangkan Korea Utara seakan masih berjalan ditempat. Korea Utara sangat menutup diri dari pengaruh dunia luar sehingga negara lain pun sangat sulit untuk mengetahui seluk beluk negara Kim Jong Il ini. Berita yang paling sering terdengar dari Korea Utara adalah proyek senjata nuklir dan rudal-rudalnya yang membuat negara lain khawatir akan dampak yang akan ditimbulkan dari proyek kontroversial ini.
Negara yang beribukota di Pyongyang ini seakan masih tertutup tirai besi sampai saat ini. Sebuah sekat yang membelenggu Korea Utara yang memisahkan mereka dari budaya-budaya luar yang berkembang pesat. Paham komunis yang dianut Korea Utara sampai sekarang seakan membatasi kebebasan masyarakat di sana. Hal tersebut yang membuat Korea Utara semakin tertinggal. Segala macam kegiatan masyarakat diawasi sangat ketat oleh pemerintah, bahkan di sana kebebasan pers dan media juga sangat dibatasi. Stasiun berita hanya dimonopoli oleh pemerintah, pihak swasta tidak diberikan keleluasaan untuk ikut campur dalam urusan pers dan media. Sensor yang sangat keras berlaku di sana, bila dinilai melanggar maka akan dibredel.
Pemasok berita utama bagi media di Korea Utara adalah Korean Central News Agency. Korea Utara memiliki dua belas surat kabar terkemuka dan dua puluh media cetak non-harian. Semua media cetak itu berbeda-beda periode terbitnya dan semuanya dicetak di Pyongyang. Surat kabar harian yang dimaksud misalnya  Joson Inmingun, Minju Choson, dan Rodongja Sinmum. Sekali lagi ditegaskan bahwa di Korea Utara tidak ada pers milik swasta, semua siaran radio dan televisi dikuasai pemerintah. Pengekangan kebebasan berpendapat dan berekspresi ini sangatlah membelenggu kebebasan pers. Media massa harus selalu tunduk pada pemerintah karena faktanya media yang ada di sana adalah media yang dibentuk oleh pemerintah sendiri.
            Oleh karena penguasaan pemerintah terhadap media massa yang begitu kuat, media massa yang ada kemudian menjadi alat propaganda untuk menyosialisasikan ajaran komunisme sebagai ideologi Korea Utara, juga memberitakan prestasi-prestasi pemerintah dalam usahanya menyejahterakan rakyat atau bahkan tentang program nuklirnya. Dengan begitu, akan sangat terlihat bahwa media massa yang ada di sana sangatlah mendukung pemerintah. Korea Utara tidak memperbolehkan media asing masuk ke wilayah negaranya, karena itu Korea Utara benar-benar terisolasi dari dunia luar. Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa banyak hal-hal asing yang bisa mengganggu stabilitas dalam negeri. Hal tersebut menyebabkan wawasan masyarakat Korea Utara tidak berkembang, dan sebenarnya itulah yang akan menjadi bumerang bagi Korea Utara. Bayangkan saja suatu negara tanpa akses informasi dan kebebasan beropini, negara itu pasti akan terkucil dari kancah pergaulan negara-negara dunia.

Sumber referensi:
-        http://id.wikipedia.org/wiki/Korea_Utara#Sejarah

#bridgingcourse7