Jumat, 19 Oktober 2012

Revolusi Pemikiran Pengguna Jejaring Sosial


Gharin Putra Y./25050
Revolusi Pemikiran Pengguna Jejaring Sosial
Fenomena jejaring sosial seakan-akan sudah mendarah daging bagi sebagian orang. Bahkan muncul anggapan bahwa hidup tanpa jejaring sosial adalah kampungan, pemahaman yang seperti inilah yang masih salah kaprah. Banyak orang yang membuat suatu akun pada jejaring sosial hanya semata-mata karena ingin dianggap eksis. Masih sangat banyak penyalahgunaan jejaring sosial, padahal sebenarnya banyak sekali dampak positif yang dibawa oleh jejaring sosial. Mereka tanpa sadar telah menciptakan suatu tren yang sebenarnya salah namun justru dianut banyak orang.
Banyak sekali macam jejaring sosial, dari mulai Friendster, Myspace, Facebook, dan yang paling digandrungi saat ini adalah Twitter. Twitter, sebuah microblogging atau biasa disebut blog versi mini menjadi primadona banyak orang akhir-akhir ini, terutama para remaja. Mereka menjadikan Twitter sebagai sarana pergaulan di dunia maya. Akan tetapi masih banyak yang perlu diluruskan tentang apa fungsi dan dampak yang ditimbulkan dari jearing sosial  Twitter. Terkadang para pengguna Twitter tak segan dalam mengumbar masalah pribadinya, mereka kurang bisa mengendalikan diri. Karena sikap yang kurang dapat mengendalikan diri tersebut, banyak masalah yang terjadi dan faktornya adalah jejaring sosial.  “Orang yang menentukan diri sendiri, yang belajar mengatur diri sendiri sebelum ia mengatur sebuah negara besar yang kelak menyatakan dirinya sebagai bapak bangsa” (John McCain dan Mark Calter, 2009:135).1 Kata mutiara dari buku yang memuat perkataan George Washington tersebut sangat relevan dengan kondisi remaja Indonesia saat ini yang mana sedang kecanduan jejaring sosial. Perlu digarisbawahi bahwa dari hal yang sepele sekalipun pasti akan selalu menimbulkan akibat.
Kebebasan berekspresi memang sudah dijamin dalam UUD 1945 pasal 28. Akan tetapi banyak orang yang masih salah tafsir, akibatnya sering timbul masalah karena kesalahan persepsi ini. Bebas berbicara, berekspresi namun tidak didahului dengan dampak kedepannya. “Bahasa benar-benar sebuah fenomenon yang luar biasa. Tanpanya, kehidupan manusia seperti yang kita kenal kini takkan dapat terwujud. Tulisan yang terkandung bagai lautan tak berujung…” (Marcel Danesi, 2011:108).2 Sebagai makhluk sosial kita memang sangat membutuhkan bahasa untuk berkomunikasi, namun perlu ada suatu revolusi pemikiran agar orang-orang tidak seenaknya saja dalam berbicara dan mengekspresikan perasaannya.
Indonesia sangat sering menciptakan sebuah Trending Topic3 dan itu membuktikan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang masyarakatnya banyak dan rajin menggunakan  Twitter. “Menurut studi sebelumnya pada 2010 oleh ComScore, mengungkap bahwa 21% warga Indonesia terdaftar di Twitter, membuatnya sebagai negara paling kecanduan Twitter”.4 Trending Topic yang diciptakan terkadang terkesan seperti mainan, lelucon, dsb. Akan tetapi itulah yang digemari para tweeps5 di Indonesia. Mereka lebih mengutamakan hal yang dianggap lucu, konyol atau sejenisnya daripada sebuah isu global yang menjadi perbincangan dunia. Hal inilah yang membuat Twitter Indonesia berbeda dengan Twitter negara lain, sebuah situasi yang sangat kontras dengan negara lain sebut saja Amerika Serikat. Di sana pengguna Twitter sangat bijak, mereka memanfaatkan Twitter untuk kegiatan yang bermanfaat. Jarang sekali ditemui orang Amerika yang “nyampah” di timeline6 Twitter kerena mereka tahu batas dan adab dalam menggunakan jejaring sosial. Masyarakat Indonesia belum sepenuhnya sadar akan arti penting Twitter, masih banyak yang belum bijak dalam menggunakannya. Seharusnya Twitter digunakan sebagai media untuk memperkaya wawasan, janganlah digunakan semata-mata untuk media pencitraan .”Bahkan pepatah di ‘You are what you think’ kini dipelesetkan menjadi ‘You are what you tweet”.7

Catatan Akhir
1 John McCain dan Mark Calter, Karakter-karakter yang Menggugah Dunia (Gramedia, 2009), hal. 135.
2 Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna (Jalasutra, 2011), hal. 108.
3 Para peneliti mengatakan bahwa hal ini mungkin dipicu oleh faktor karena Indonesia memiliki populasi yang besar, yakni sekira 240 juta penduduk, semakin mudahnya akses untuk perangkat mobile, dan semakin umum pula penggunaan Bahasa Inggris.
4 Suatu topik yang menduduki peringkat tinggi di dunia Twitter, bargantung pada banyaknya jumlah pengguna Twitter yang membicarakan suatu topik tertentu tersebut.
5 Tweeps adalah sebutan bagi pengguna Twitter, sapaan yang biasa digunakan di Twitter.
6 Timeline adalah sebuah tempat yang menunjukkan tweet yang dibuat seseorang.
7 Banyak orang membangun pencitraan lewat Twitter. Pada kenyataannya, rekan kerja, atasan, klien, dan rekan profesional tidak melihat Anda di dunia maya saja.

Daftar Pustaka
Buku-buku:
Danesi, Marcel. 2011. Pesan, Tanda, dan Makna. Yogyakarta: Jalasutra
Hester, L. Albert dan Wai Lan J. 1997. Pedoman untuk Wartawan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
McCain John dan Mark Calter. 2009. Karakter-karakter yang Menggugah Dunia. Jakarta: Gramedia
Wibowo, Wahyu. 2009. Menuju Jurnalisme Beretika. Jakarta: Kompas
Internet:
Adis, Rizki. 2012. Diunggah Sabtu, 14 Juli 2012 07:38 WIB. Terarsip di http://www.tabloidbintang.com/psikologi/56214-jangan-hanya-membangun-citra-diri-di-dunia-maya-di-dunia-nyata-juga-penting.html. Diunduh Minggu, 14 Oktober 2012 10.12 WIB
Taufiqqurakhman, Ahmad. 2012. Diunggah Rabu, 11 Januari 2012 09:56 WIB. Terarsip di http://teknologi.inilah.com/read/detail/1817309/indonesia-negeri-twitter. Diunduh Minggu, 14 Oktober 2012 07.56 WIB

 #bridgingcourse8


Tidak ada komentar:

Posting Komentar