Gharin
Putra Y./25050
Revolusi Pemikiran Pengguna
Jejaring Sosial
Fenomena jejaring sosial
seakan-akan sudah mendarah daging bagi sebagian orang. Bahkan muncul anggapan
bahwa hidup tanpa jejaring sosial adalah kampungan, pemahaman yang seperti
inilah yang masih salah kaprah. Banyak orang yang membuat suatu akun pada
jejaring sosial hanya semata-mata karena ingin dianggap eksis. Masih sangat
banyak penyalahgunaan jejaring sosial, padahal sebenarnya banyak sekali dampak
positif yang dibawa oleh jejaring sosial. Mereka tanpa sadar telah menciptakan
suatu tren yang sebenarnya salah namun justru dianut banyak orang.
Banyak sekali macam jejaring
sosial, dari mulai Friendster, Myspace, Facebook, dan yang paling digandrungi
saat ini adalah Twitter. Twitter, sebuah microblogging
atau biasa disebut blog versi mini menjadi primadona banyak orang
akhir-akhir ini, terutama para remaja. Mereka menjadikan Twitter sebagai sarana
pergaulan di dunia maya. Akan tetapi masih banyak yang perlu diluruskan tentang
apa fungsi dan dampak yang ditimbulkan dari jearing sosial Twitter. Terkadang para pengguna Twitter tak
segan dalam mengumbar masalah pribadinya, mereka kurang bisa mengendalikan
diri. Karena sikap yang kurang dapat mengendalikan diri tersebut, banyak
masalah yang terjadi dan faktornya adalah jejaring sosial. “Orang yang menentukan diri sendiri, yang
belajar mengatur diri sendiri sebelum ia mengatur sebuah negara besar yang
kelak menyatakan dirinya sebagai bapak bangsa” (John McCain dan Mark Calter,
2009:135).1 Kata mutiara dari buku yang memuat perkataan George
Washington tersebut sangat relevan dengan kondisi remaja Indonesia saat ini
yang mana sedang kecanduan jejaring sosial. Perlu digarisbawahi bahwa dari hal
yang sepele sekalipun pasti akan selalu menimbulkan akibat.
Kebebasan berekspresi memang sudah
dijamin dalam UUD 1945 pasal 28. Akan tetapi banyak orang yang masih salah
tafsir, akibatnya sering timbul masalah karena kesalahan persepsi ini. Bebas
berbicara, berekspresi namun tidak didahului dengan dampak kedepannya. “Bahasa
benar-benar sebuah fenomenon yang luar biasa. Tanpanya, kehidupan manusia
seperti yang kita kenal kini takkan dapat terwujud. Tulisan yang terkandung
bagai lautan tak berujung…” (Marcel Danesi, 2011:108).2 Sebagai
makhluk sosial kita memang sangat membutuhkan bahasa untuk berkomunikasi, namun
perlu ada suatu revolusi pemikiran agar orang-orang tidak seenaknya saja dalam
berbicara dan mengekspresikan perasaannya.
Indonesia sangat sering menciptakan
sebuah Trending Topic3 dan
itu membuktikan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang masyarakatnya
banyak dan rajin menggunakan Twitter. “Menurut
studi sebelumnya pada 2010 oleh ComScore, mengungkap bahwa 21% warga Indonesia
terdaftar di Twitter, membuatnya sebagai negara paling kecanduan Twitter”.4 Trending Topic yang diciptakan
terkadang terkesan seperti mainan, lelucon, dsb. Akan tetapi itulah yang
digemari para tweeps5 di Indonesia. Mereka lebih mengutamakan
hal yang dianggap lucu, konyol atau sejenisnya daripada sebuah isu global yang
menjadi perbincangan dunia. Hal inilah yang membuat Twitter Indonesia berbeda
dengan Twitter negara lain, sebuah situasi yang sangat kontras dengan negara
lain sebut saja Amerika Serikat. Di sana pengguna Twitter sangat bijak, mereka
memanfaatkan Twitter untuk kegiatan yang bermanfaat. Jarang sekali ditemui
orang Amerika yang “nyampah” di timeline6 Twitter kerena mereka tahu batas dan
adab dalam menggunakan jejaring sosial. Masyarakat Indonesia belum sepenuhnya
sadar akan arti penting Twitter, masih banyak yang belum bijak dalam
menggunakannya. Seharusnya Twitter digunakan sebagai media untuk memperkaya
wawasan, janganlah digunakan semata-mata untuk media pencitraan .”Bahkan
pepatah di ‘You are what you think’
kini dipelesetkan menjadi ‘You are what
you tweet”.7
Catatan
Akhir
1
John
McCain dan Mark Calter, Karakter-karakter yang Menggugah Dunia (Gramedia,
2009), hal. 135.
2
Marcel
Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna (Jalasutra, 2011), hal. 108.
3
Para
peneliti mengatakan bahwa hal ini mungkin dipicu oleh faktor karena Indonesia
memiliki populasi yang besar, yakni sekira 240 juta penduduk, semakin mudahnya
akses untuk perangkat mobile, dan semakin umum pula penggunaan Bahasa Inggris.
4 Suatu topik yang
menduduki peringkat tinggi di dunia Twitter, bargantung pada banyaknya jumlah
pengguna Twitter yang membicarakan suatu topik tertentu tersebut.
5
Tweeps
adalah sebutan bagi pengguna Twitter, sapaan yang biasa digunakan di Twitter.
6
Timeline
adalah sebuah tempat yang menunjukkan tweet yang dibuat seseorang.
7
Banyak
orang membangun pencitraan lewat Twitter. Pada kenyataannya, rekan kerja,
atasan, klien, dan rekan profesional tidak melihat Anda di dunia maya saja.
Daftar Pustaka
Buku-buku:
Danesi,
Marcel. 2011. Pesan, Tanda, dan Makna.
Yogyakarta: Jalasutra
Hester,
L. Albert dan Wai Lan J. 1997. Pedoman
untuk Wartawan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
McCain
John dan Mark Calter. 2009. Karakter-karakter
yang Menggugah Dunia. Jakarta: Gramedia
Wibowo,
Wahyu. 2009. Menuju Jurnalisme Beretika.
Jakarta: Kompas
Internet:
Adis, Rizki. 2012. Diunggah Sabtu, 14 Juli 2012
07:38 WIB. Terarsip di http://www.tabloidbintang.com/psikologi/56214-jangan-hanya-membangun-citra-diri-di-dunia-maya-di-dunia-nyata-juga-penting.html.
Diunduh Minggu, 14 Oktober 2012 10.12 WIB
Taufiqqurakhman,
Ahmad. 2012. Diunggah Rabu, 11 Januari 2012 09:56 WIB. Terarsip di http://teknologi.inilah.com/read/detail/1817309/indonesia-negeri-twitter.
Diunduh Minggu, 14 Oktober 2012 07.56 WIB
#bridgingcourse8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar